Seorang teman wartawan asal Medan beberapa tahun yang lalu menyatakan pada saya bahwa beberapa dekade mendatang bisnis MLM akan jenuh. Alasannya, mengikuti deret ukur kedistributoran yang sering digembar-gemborkan kalangan pebisnis MLM, maka dunia ini akan penuh sesak dengan kehadiran distributor MLM baru. Tak akan ada lagi orang yang bisa direkrut, analisisnya. Nah, lo! Anda sering gembar-gembor tanpa argumentasi kuatkah? Jika iya, supaya tidak keteteran, sebaiknya mulai sekarang Anda cari argumentasi-argumentasi yang bagus, siap-siap kalau sekali waktu ada yang mengkritisi Anda atas gembar-gembor itu. Atau, lebih baik, carilah teknik marketing lainnya yang lebih efektif.
Bagi saya, kalau kita menghitung dari teknik deret ukur, maka tentu analisis teman saya ini akan bisa terwujud. Namun, kenyataannya hasil deret ukur ini tidak tercipta-tercipta juga, walaupun dalam kondisi tertentu memang ada yang mampu mewujudkannya. Namun, itu tidaklah terjadi terus menerus. Yang lebih sering terjadi, justru di atas 50% dari hasil rekrutmen seorang distributor MLM tidaklah berjalan baik (artinya: berhenti menjadi distributor MLM), baik pada kesempatan pertama dari keanggotaannya sebagai distributor MLM, maupun seiring dengan berjalannya waktu. Nah, berbalik dengan hasil gembor-gembor deret ukur yang memang memungkinkan terjadinya kejenuhan.
Pada realitanya justru bisnis ini masih jauh dari kejenuhan.Jangankan di Indonesia yang bisnis MLM-nya baru berjalan seldtar 20 tahun, temyata di Malaysia yang sudah berjalan lebih dari tiga puluh tahun, bahkan AS yang sudah lebih lima puluh tahun, bisnis MLM masih terus berkembang hingga saat ini.
Menurut saya, masih belum terlalu banyak anggota masyarakat Indonesia yang telah menjadi pebisnis MLM. Hitungan kasar, di Indonesia, distributor MLM berkisar 2-3% (5 - 7,5 juta orang) dari seluruh penduduknya. Itupun mungkin datanya tidaklah riil (dalam arti angka-angkanya bisa saja di-mark up supaya kelihatan besar), sehingga data riilnya bisa jadi di bawah 1% (2,5 juta orang) dari seluruh pen-duduk Indonesia.
***
Dalam konteks jumlah pebisnis MLM yang masih kecil ini bisa dimengerti jika bisnis MLM-nya terus berkembang. Perkembangan-nya bisa dilihat dari munculnya terus perusahaan MLM baru dan juga dari terus berkembangnya keanggotaan distributor MLM di sebuah perusahaan.
Oleh karenanya, jika Anda sebagai pebisnis MLM sering gagal merekrut, karena calon anggota jaringan Anda khawatir tidak bisa merekrut anggota baru lagi. Sebenarnya Anda bisa menyampaikan bahwa sekitar 99% penduduk Indonesia belum menjadi distributor MLM. Dan, jika angka ini dianggap bukanlah angka logis karena beragamnya varian umur dari seluruh penduduk Indonesia, maka rajin-rajinlah mengkliping koran tentang berita penggangguran.
Berdasarkan data terakhir dari BPS (Badan Pusat Statistik) yang dirilis awal Juni 2006, pengangguran terbuka di Indonesia ialah 11,1 juta orang. Nah, jika jumlah riil pelaku bisnis MLM Indonesia ialah 2,5 juta orang, waah., lebih dari 4 kali lipat orang dari jumlah distributor MLM Indonesia saat ini yang sedang menunggu untuk dibukakan mata akan dahsyatnya karir sebagai pebisnis MLM. Itu pun juga adalah angka pengangguran terbuka. Bagaimana dengan kalangan lainnya yang butuh penghasilan tambahan?
Ada cerita tentang seorang kenalan saya, Pak Yusuf (asal Jakarta, namun punya jaringan bisnis MLM di Jawa Timur) yang tidak mau terus menerus berpusing-pusing dengan asumsi jenuhnya dunia MLM ini. Masalahnya, di perusahaan MLM tempatnya berkarir sebagai distributor, dia diajarkan untuk berpikir kreatif. Maka, ketika orang lain masih ribut dengan perdebatan jenuh-tidaknya bisnis MLM ini, diam-diam justru dia lakukan hal yang tak pernah dipikirkan orang.Dia pun pergi ke Madura, dan dia komunikasikan akan dahsyatnya bisnis MLM yang dia geluti. Hasil-nya? Wow, Madura jadi kenal MLM berkat dia. Atau kalau itu berlebihan, setidaknya Madura jadi kenal perusahaan MLM tempatnya berkarir, berkat dia. Satu-dua orang dan kemudian bertambah lebih banyak orang Madura lagi mulai mendapat penghasilan dan terangkat harkat hidupnya setelah mendaftarkan diri sebagai anggota jaringan bisnis MLM yang digelutinya. Madura yang kata orang susah ditaklukkan, temyata bisa menurut kepada Pak Yusuf. Dan, yang sering dia sampaikan kepada saya, mudah-mudahan Allah SWT. mencatat apa yang dilakukannya dalam upaya ikut serta menyejahterakan orang-orang ini dan dia mengharapkan Allah SWT. mengembalikannya dalam bentuk keberkahan baginya dan keluarga. Sungguh melapangkan dada ya?
***
Bisnis MLM bukanlah bisnis yang bisa dimonopoli orang tertentu saja. Siapapun berhak membuka perusahaan MLM dan siapapun berhak memilih menjadi distributor MLM manapun. Itulah sebabnya, bisnis ini berkembang terus. Perusahaan-perusahaan baru terus bermunculan, baik yang berasal dari dalam mapun luar negeri. Distributor MLM pun bermunculan terus.
Berdasarkan data di atas, saya punya pertanyaan, apakah Anda termasuk yang beranggapan bahwa ini akan menghalangi Anda untuk sukses jika memilih karir di dunia MLM karena “sudah penuh sesak”? Jika Anda termasuk yang beranggapan demikian, izinkan saya mengangkat sebuah fenomena yang saya saksikan dan sudah temukan jawabannya dalam kurun waktu lebih dari 11 tahun pengalaman berkarir di dunia MLM. Sepanjang waktu tersebut, ungkapan “MLM sudah penuh sesak” ini tak pemah tak terucapkan oleh banyak orang. Selalu saja muncul.
Pada awalnya saya tidak tahu bagaimana mengatasi pemyataan ini. Namun, seorang tokoh distributor MLM rupanya telah menjadi guru saya. Ketika dia dihadapi dengan pertanyaan yang sama, dia berkata, bahwa sepanjang karir kedistributoran MLM-nya hal ini selalu diangkat orang, tapi dia jalan terus. Ada seorang kenalan baiknya, katanya, yang lima belas tahun sebelumnya berkata demikian kepadanya. Atas alasan inilah, si kenalan berkeberatan menjadi distributor MLM. Setelah 15 tahun, si kenalan masih berpendapat demikian, sementara tokoh distributor MLM ini sudah meningkat jumlah anggota jaringannya dari ratusan orang menjadi puluhan bahkan ratusan ribu orang. Tokoh kita ini pun telah memiliki ini dan itu dari usaha MLM-nya sementara si kenalan masih berada di tingkat wacana juga dengan hasil nol koma nol. Dan… di tahun ke-16 barulah si kenalan sadar dan kemudian mulai membangun imperium bisnis MLM-nya!
Duh… mengapa harus menunggu selama itu ya?
dikutip dari ; supexteam.com
Kamis, 11 September 2008
MLM, Antara Harapan dan Realitas
BISNIS multi level marketing (MLM) begitu marak di tengah masyarakat. Karena menawarkan berbagai reward dan income yang lebih tinggi daripada bisnis konvensional, bisnis MLM hadir dengan wajah menggiurkan.
Bagaimana realitasnya?
Ide network marketing pada mulanya muncul di Amerika sekira tahun 1930-an. Pada saat itu terjadi resesi, sehingga pabrik-pabrik hanya mampu memproduksi barang, namun tidak mampu mendistribusikan dan mempromosikannya. Ide “konsumen sekaligus distributor dan promotor” akhirnya muncul. Sejatinya, MLM adalah sebuah metode pemasaran yang menerapkan efisiensi, karena biaya distribusi dan promosi dipotong. Katanya, banyak nilai plus dalam bisnis ini. Modal tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan hasil yang akan didapat jika pandai membangun jaringan. Nantinya akan disebut dengan istilah “uang yang bekerja untuk kita”. MLM menjanjikan kebebasan waktu, keringanan tanggung jawab, dengan modal, keahlian dan tingkat pendidikan yang relatif minim. Benarkah sedahsyat itu?
“Secara konsep, MLM itu sebenarnya bagus, karena hukum ekonomi ‘dengan modal kecil, dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin’ bisa terwujud,” ujar Bambang Jasnanto, pengusaha dan dosen UPI, dalam seminar kewirausahaan dan pengembangan diri dengan Neuro Linguistic Program (NLP) bertajuk “Menggugat MLM Secara Ilmiah dan Objektif Serta Studi Analisis Kelayakan Suatu Bisnis”, yang diselenggarakan oleh BEM Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi (Himajupe) UPI bekerja sama dengan Life Control, Minggu (8/1) di Auditorium PKM UPI, Bandung. Namun, menurut Bambang, cukup banyak realitas yang dijumpai di dunia bisnis MLM, yang layak untuk digugat. Sangat kecil masyarakat yang sukses, sedangkan sisanya kebanyakan “trauma”. “Tak heran, MLM punya singkatan lain yaitu ‘menipu lewat menjual’ atau ‘masuk langsung mati’,” kata Bambang, yang disambut tawa peserta seminar.
Banyak perusahaan MLM yang menggembar-gemborkan kehebatan perusahaan, yang tidak lebih dari brainwashing. “Yang memengaruhi bonus itu marketing plan, bukan besar kecil perusahaan,” tukas Bambang. Justru di marketing plan ini, para member baru kerap belum paham benar. Pada umumnya, perusahaan MLM berasal dari luar Indonesia. Oleh karena itu marketing plan-nya kurang cocok untuk karakteristik orang Indonesia. MLM umumnya dikonsep sebagai “pola investasi” untuk masyarakat ekonomi maju, di mana warga negara yang menganggur saja mendapat dana sosial. Sedangkan orang Indonesia yang mengikuti MLM, kebanyakan bertujuan sebagai “solusi finansial” yang ingin cepat dapat hasil. “Terkadang sampai utang sana-sini untuk modal awal,” ujar Bambang.
Marketing plan yang rumit serta iming-iming berupa peringkat dan reward yang menggiurkan seperti, mobil mewah, rumah mewah, dsb., kerap membungkus jumlah bonus yang sesungguhnya didapat oleh member. Banyak biaya harus keluar untuk operasional atau atas nama persyaratan, yang sebenarnya tidak realistis. Misalnya, harus tutup poin/belanja ulang tiap bulan. Jika tidak, maka bonus tidak keluar. “Member kerja dan keluar uang, sedangkan perusahaan dapat untung. Fair tidak tuh?” ungkap Bambang, yang direspons gelengan kepala para peserta.
Reward pada hakikatnya adalah hasil keringat member sendiri yang pemberiannya ditunda. Bukan “hadiah cuma-cuma” dari perusahaan. Hal ini yang patut diwaspadai, karena seringnya merugikan member, sedangkan perusahaan untung besar. Ketika ujung-ujungnya, member tidak berhasil mendapat reward karena berbagai alasan, misalnya kelelahan atau jaringan rontok, maka ketidakberhasilan tersebut biasanya dialamatkan pada “tidak fokus” atau “kurang kerja keras”. “Padahal, itu karena perusahaan yang tidak fair. Masyarakat selama ini memperebutkan kembang gula padahal isinya racun,” tandas Bambang.
Sekarang pertanyaannya, adakah MLM yang antara harapan dan realitas cukup mendekati? Bambang merekomendasikan 4 pertanyaan, semisal ;
“berapa dibayar?”,
“kapan dibayar?”,
“bagaimana dibayar?”,
“seberapa transparan perusahaan?”,
yang harus dianalisis oleh peminat MLM untuk mengetahui probabilitas keberhasilan.
“Jika ingin ikut MLM, ikutlah secara cerdas dengan menganalisis dahulu. Semakin besar bonus, cepat dibayar, tidak rumit, dan tidak ada syarat apa pun kecuali kerja, MLM tersebut masih layak dikerjakan,” tegasnya.
Selain membahas tentang MLM, dalam seminar tersebut juga dibahas mengenai cara meraih kesuksesan lewat metode yang populer di dunia yaitu Neuro Linguistic Program (NLP). Menurut Anthony Robbins dalam bukunya Unlimited Power, NLP adalah studi mengenai bahasa, baik verbal maupun non-verbal yang memengaruhi sistem saraf, yang memungkinkan orang “memprogram kembali” diri mereka agar dapat mengganti pola perilaku yang jelek, dengan pola yang lebih berguna.
“Kebanyakan orang besar yang ada di dunia ini, punya keinginan dan keyakinan diri yang besar. Kalau terhadap diri sendiri, kita sudah menganggap tidak mampu melakukan sesuatu, sampai kapan pun tidak akan mampu,” papar Yudho Purwoko, pengusaha dan trainer NLP, dalam seminar tersebut. Selain itu, Yudho juga menjelaskan tentang keterkaitan antara emosi dan gerakan tubuh, yang dikenal dalam istilah emotion create motion atau motion create emotion. “Emosi yang negatif akan menciptakan racun secara otomatis. Sedangkan keriangan akan menumbuhkan antibodi yang membuat badan menjadi sehat,” kata Yudho.
*** * Dewi Irma Sumber: Harian Pikiran Rakyat
Bagaimana realitasnya?
Ide network marketing pada mulanya muncul di Amerika sekira tahun 1930-an. Pada saat itu terjadi resesi, sehingga pabrik-pabrik hanya mampu memproduksi barang, namun tidak mampu mendistribusikan dan mempromosikannya. Ide “konsumen sekaligus distributor dan promotor” akhirnya muncul. Sejatinya, MLM adalah sebuah metode pemasaran yang menerapkan efisiensi, karena biaya distribusi dan promosi dipotong. Katanya, banyak nilai plus dalam bisnis ini. Modal tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan hasil yang akan didapat jika pandai membangun jaringan. Nantinya akan disebut dengan istilah “uang yang bekerja untuk kita”. MLM menjanjikan kebebasan waktu, keringanan tanggung jawab, dengan modal, keahlian dan tingkat pendidikan yang relatif minim. Benarkah sedahsyat itu?
“Secara konsep, MLM itu sebenarnya bagus, karena hukum ekonomi ‘dengan modal kecil, dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin’ bisa terwujud,” ujar Bambang Jasnanto, pengusaha dan dosen UPI, dalam seminar kewirausahaan dan pengembangan diri dengan Neuro Linguistic Program (NLP) bertajuk “Menggugat MLM Secara Ilmiah dan Objektif Serta Studi Analisis Kelayakan Suatu Bisnis”, yang diselenggarakan oleh BEM Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi (Himajupe) UPI bekerja sama dengan Life Control, Minggu (8/1) di Auditorium PKM UPI, Bandung. Namun, menurut Bambang, cukup banyak realitas yang dijumpai di dunia bisnis MLM, yang layak untuk digugat. Sangat kecil masyarakat yang sukses, sedangkan sisanya kebanyakan “trauma”. “Tak heran, MLM punya singkatan lain yaitu ‘menipu lewat menjual’ atau ‘masuk langsung mati’,” kata Bambang, yang disambut tawa peserta seminar.
Banyak perusahaan MLM yang menggembar-gemborkan kehebatan perusahaan, yang tidak lebih dari brainwashing. “Yang memengaruhi bonus itu marketing plan, bukan besar kecil perusahaan,” tukas Bambang. Justru di marketing plan ini, para member baru kerap belum paham benar. Pada umumnya, perusahaan MLM berasal dari luar Indonesia. Oleh karena itu marketing plan-nya kurang cocok untuk karakteristik orang Indonesia. MLM umumnya dikonsep sebagai “pola investasi” untuk masyarakat ekonomi maju, di mana warga negara yang menganggur saja mendapat dana sosial. Sedangkan orang Indonesia yang mengikuti MLM, kebanyakan bertujuan sebagai “solusi finansial” yang ingin cepat dapat hasil. “Terkadang sampai utang sana-sini untuk modal awal,” ujar Bambang.
Marketing plan yang rumit serta iming-iming berupa peringkat dan reward yang menggiurkan seperti, mobil mewah, rumah mewah, dsb., kerap membungkus jumlah bonus yang sesungguhnya didapat oleh member. Banyak biaya harus keluar untuk operasional atau atas nama persyaratan, yang sebenarnya tidak realistis. Misalnya, harus tutup poin/belanja ulang tiap bulan. Jika tidak, maka bonus tidak keluar. “Member kerja dan keluar uang, sedangkan perusahaan dapat untung. Fair tidak tuh?” ungkap Bambang, yang direspons gelengan kepala para peserta.
Reward pada hakikatnya adalah hasil keringat member sendiri yang pemberiannya ditunda. Bukan “hadiah cuma-cuma” dari perusahaan. Hal ini yang patut diwaspadai, karena seringnya merugikan member, sedangkan perusahaan untung besar. Ketika ujung-ujungnya, member tidak berhasil mendapat reward karena berbagai alasan, misalnya kelelahan atau jaringan rontok, maka ketidakberhasilan tersebut biasanya dialamatkan pada “tidak fokus” atau “kurang kerja keras”. “Padahal, itu karena perusahaan yang tidak fair. Masyarakat selama ini memperebutkan kembang gula padahal isinya racun,” tandas Bambang.
Sekarang pertanyaannya, adakah MLM yang antara harapan dan realitas cukup mendekati? Bambang merekomendasikan 4 pertanyaan, semisal ;
“berapa dibayar?”,
“kapan dibayar?”,
“bagaimana dibayar?”,
“seberapa transparan perusahaan?”,
yang harus dianalisis oleh peminat MLM untuk mengetahui probabilitas keberhasilan.
“Jika ingin ikut MLM, ikutlah secara cerdas dengan menganalisis dahulu. Semakin besar bonus, cepat dibayar, tidak rumit, dan tidak ada syarat apa pun kecuali kerja, MLM tersebut masih layak dikerjakan,” tegasnya.
Selain membahas tentang MLM, dalam seminar tersebut juga dibahas mengenai cara meraih kesuksesan lewat metode yang populer di dunia yaitu Neuro Linguistic Program (NLP). Menurut Anthony Robbins dalam bukunya Unlimited Power, NLP adalah studi mengenai bahasa, baik verbal maupun non-verbal yang memengaruhi sistem saraf, yang memungkinkan orang “memprogram kembali” diri mereka agar dapat mengganti pola perilaku yang jelek, dengan pola yang lebih berguna.
“Kebanyakan orang besar yang ada di dunia ini, punya keinginan dan keyakinan diri yang besar. Kalau terhadap diri sendiri, kita sudah menganggap tidak mampu melakukan sesuatu, sampai kapan pun tidak akan mampu,” papar Yudho Purwoko, pengusaha dan trainer NLP, dalam seminar tersebut. Selain itu, Yudho juga menjelaskan tentang keterkaitan antara emosi dan gerakan tubuh, yang dikenal dalam istilah emotion create motion atau motion create emotion. “Emosi yang negatif akan menciptakan racun secara otomatis. Sedangkan keriangan akan menumbuhkan antibodi yang membuat badan menjadi sehat,” kata Yudho.
*** * Dewi Irma Sumber: Harian Pikiran Rakyat
Bagaimana anda mengidentifikasi perusahaan MLM yang baik ?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Produk yang bagus Apakah ini sesuatu yang banyak orang akan membeli ? Apakah produk memenuhi kebutuhan yang nyata ? Apakah harganya kompetitif dan Anda bisa mendapatkan keuntungan dg menjualnya Yang lebih penting lagi adalah “saya tidak hanya membeli barangnya hanya karena bagus tapi juga karena potensinya”
2. Perusahaan yang stabil dan kuat secara finansial Anda tentunya tidak ingin tim yang sudah Anda bentuk jadi tidak berguna karena perusahaannya bermasalah. Berapa lama perusahaan ini sudah beroperasi ? Bagaimana kondisi finansialnya. Pengalaman dan reputasi tim manajemennya.
3. Support perusahaan yang bagus. Apakah ada materi training, pelatihan, dan semacamnya ?
4. Support dari upline Bagaimana support dari sponsor Anda. Bagaimana tingkat kesuksesan Anda. Tanya pula uplinenya. Jika mereka belum memperoleh kesuksesan, mereka tidak bisa mengajarkan Anda cara mencapai sukses, dan tentunya Anda tidak mau menemukan system untuk sukses dari nol.
Hal-hal yang harus dihindari :
1. Penumpukan barang di gudang.
Jika sponsor Anda mencoba untuk ‘memaksa’ Anda untuk membeli ratusan ribu atau jutaan rupiah untuk memenuhi gudang Anda, segeralah lari
2. Klaim cepat menjadi kaya tanpa kerja dan lain-lain Itu semua adalah petunjuk secara garis besar.
Penentu terbesar tentunya adalah ANDA sendiri. ANDA lah yang menentukan apakah akan bekerja atau tidak. ANDA lah yang perlu tetap termotivasi dan terus terlibat walaupun medan bisnis menjadi sulit. Jika ANDA tidak antusias tentang perusahaan, produk, dan juga kesempatan yang diberikannya, mungkin anda tidak akan bertahan cukup lama untuk berhasil. Tapi jika Anda antusias dengan perusahaan, opportunity yang ada, tim Anda (dan bukan hanya excitement “saya akan menjadi kaya”), Anda akan bertahan sampai di tahap kesuksesan.
Kesimpulan
1. MLM atau network marketing adalah bentuk bisnis yang berbeda dibanding bisnis biasa. Kenali dan pelajarilah model bisnis MLM tersebut.
2. Secara prinsip, MLM tidaklah jelek atau baik, yang membedakan adalah bagaimana bisnis ini dijalankan oleh perusahaan, system operasional, dan distributor-distributornya
3. MLM bukanlah cara cepat menjadi kaya. Seperti halnya bisnis yang lain, MLM memerlukan pendidikan khusus, skill, dana, usaha, waktu, dan konsistensi serta komitment pelakunya.
4. MLM didesain untuk menciptakan entrepreneur atau pengusaha-pengusaha perorangan. Untuk berhasil, milikilah mental, ilmu, modal, dan determinasi seorang pengusaha.
5. Di antara faktor-faktor penentu sukses Anda dalam bisnis MLM, faktor terpenting adalah Anda, bukan perusahaan, bukan upline, bukan kompensation plan.
1. Produk yang bagus Apakah ini sesuatu yang banyak orang akan membeli ? Apakah produk memenuhi kebutuhan yang nyata ? Apakah harganya kompetitif dan Anda bisa mendapatkan keuntungan dg menjualnya Yang lebih penting lagi adalah “saya tidak hanya membeli barangnya hanya karena bagus tapi juga karena potensinya”
2. Perusahaan yang stabil dan kuat secara finansial Anda tentunya tidak ingin tim yang sudah Anda bentuk jadi tidak berguna karena perusahaannya bermasalah. Berapa lama perusahaan ini sudah beroperasi ? Bagaimana kondisi finansialnya. Pengalaman dan reputasi tim manajemennya.
3. Support perusahaan yang bagus. Apakah ada materi training, pelatihan, dan semacamnya ?
4. Support dari upline Bagaimana support dari sponsor Anda. Bagaimana tingkat kesuksesan Anda. Tanya pula uplinenya. Jika mereka belum memperoleh kesuksesan, mereka tidak bisa mengajarkan Anda cara mencapai sukses, dan tentunya Anda tidak mau menemukan system untuk sukses dari nol.
Hal-hal yang harus dihindari :
1. Penumpukan barang di gudang.
Jika sponsor Anda mencoba untuk ‘memaksa’ Anda untuk membeli ratusan ribu atau jutaan rupiah untuk memenuhi gudang Anda, segeralah lari
2. Klaim cepat menjadi kaya tanpa kerja dan lain-lain Itu semua adalah petunjuk secara garis besar.
Penentu terbesar tentunya adalah ANDA sendiri. ANDA lah yang menentukan apakah akan bekerja atau tidak. ANDA lah yang perlu tetap termotivasi dan terus terlibat walaupun medan bisnis menjadi sulit. Jika ANDA tidak antusias tentang perusahaan, produk, dan juga kesempatan yang diberikannya, mungkin anda tidak akan bertahan cukup lama untuk berhasil. Tapi jika Anda antusias dengan perusahaan, opportunity yang ada, tim Anda (dan bukan hanya excitement “saya akan menjadi kaya”), Anda akan bertahan sampai di tahap kesuksesan.
Kesimpulan
1. MLM atau network marketing adalah bentuk bisnis yang berbeda dibanding bisnis biasa. Kenali dan pelajarilah model bisnis MLM tersebut.
2. Secara prinsip, MLM tidaklah jelek atau baik, yang membedakan adalah bagaimana bisnis ini dijalankan oleh perusahaan, system operasional, dan distributor-distributornya
3. MLM bukanlah cara cepat menjadi kaya. Seperti halnya bisnis yang lain, MLM memerlukan pendidikan khusus, skill, dana, usaha, waktu, dan konsistensi serta komitment pelakunya.
4. MLM didesain untuk menciptakan entrepreneur atau pengusaha-pengusaha perorangan. Untuk berhasil, milikilah mental, ilmu, modal, dan determinasi seorang pengusaha.
5. Di antara faktor-faktor penentu sukses Anda dalam bisnis MLM, faktor terpenting adalah Anda, bukan perusahaan, bukan upline, bukan kompensation plan.
MLM didesain untuk para enterpreuneur.
Jadi tetaplah terlibat dalam bisnis ini. MLM didesain untuk para enterpreuneur. Kecuali Anda punya bakat atau skill yang baik, akan membutuhkan cukup waktu untuk membangun team Anda. Membutuhkan waktu untuk mencari orang yang tepat dan mengajarkan apa yang perlu diketahui. Kadang2 orang terbaik Anda akan menyerah dan drop out. Kadang-kadang kita merasa tertekan, stress, dan ingin menyerah. Jika perusahaan Anda tidak berjalan baik, mungkin Anda harus mundur. Tapi jika perusahaan berjalan dengan baik dan orang lain berhasil, Anda perlu melihat dan mengevaluasi cara Anda menjalankan bisnis. Mungkin saja Anda tidak akan berhasil di tempat lain, walaupun kelihatannya rumput tetangga lebih hijau dari halaman rumah sendiri karena Anda melakukan hal yang salah.
Kenyataan yang tidak terelakkan adalah hanya persentasi kecil saja dari orang yang terlibat dalam MLM akan memperoleh kesuksesan besar. Akan tetapi ini bukanlah kesalahan mendasar dari MLM.Ini mencerminkan fakta di dunia nyata.
90% dari small bisnis akan gagal dalam 1 sampai 5 tahun dan pemiliknya kehilangan banyak sekali uang dibandingkan beberapa ratus dollar dari yang distributor MLM investasikan.
98% dari karyawan perusahaan tidak akan pernah mencapai eksekutif level.
95% dari pensiunan berusia 65 tahun di US kalau tidak meninggal ya bangkrut.
Kenyataannya adalah, sangat sedikit orang yang berhasil dengan hasil yang luar biasa dalam setiap bisnis atau usaha apa pun. Sederhananya, kebanyakan orang tidak mau dan tidak akan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk berhasil. MLM tidaklah berbeda dalam hal ini. Walaupun demikian, yang diperlukan untuk menduplikasi sukses adalah kesepakatan bersama untuk memulai. Sayangnya, kebanyakan orang terjun dalam MLM dengan anggapan bahwa ini adalah jalan mudah menjadi kaya. MLM bukanlah cara cepat menjadi kaya. MLM membutuhkan kerja, waktu, dedikasi. Tetapi kebanyakan orang tidak menyadari hal tersebut, entah itu karena sponsornya memberikan ‘iklan’ yg menyesatkan tentang kaya cepat atau karena mereka memilih untuk mendengar cerita yang mudah. Orang seperti ini bergabung dan tidak melakukan apa pun, atau mencobanya tapi segera menyerah setelah beberapa bulan. Inilah penyebab terbesar dari setiap kegagalan dalam MLM.
Mungkin masalah terbesar dari MLM adalah terlalu mudahnya org untuk bergabung (cukup dengan ratusan ribu atau jutaan rupiah) jadi mudah pula bagi orang untuk drop out. Dengan hanya invest ratusan ribu rupiah, mudahlah bagi orang untuk berkata “Ah, saya sudah bicara dengan 4 orang dan tidak ada yang tertarik. Bisnis ini tidak jalan, wah saya sudah buang uang ratusan ribu” Atau lebih parah lagi : “MLM adalah bisnis amoral dan tipuan”. Anda harus memperlakukan bisnis MLM Anda seolah-olah ini adalah bisnis real Anda. Bisnis di mana Anda sudah menginvestasikan banyak uang dan tabungan Anda.
Jika Anda sudah menginvestasikan puluhan atau ratusan juta ke dalam bisnis Anda, apakahAnda akan membiarkan 4 orang yang berkata tidak kepada Anda, menyebabkan Anda menyerah ? Tentu saja tidak. Anda harus keluar dan terus bekerja sampai Anda membuatnya bekerja, karena sudah terlanjur menginvestasikan banyak uang ke dalamnya. Anda tidak bisa menyerah begitu saja. Itulah yang membuat MLM bekerja untuk Anda. Dedikasi untuk terus bekerja sampai MLM Anda benar benar bekerja.
Jika Anda bekerja dengan konsisten dan efektif, dan membangun bisnis Anda lebih cepat dari orang yang drop out, group Anda akan secara konsisten tumbuh. Dan jika Anda mengajarkan downline Anda cara yang benar untuk bekerja konsisten, efektif, dan mengajarkan mereka untuk menduplikasi dan melipatgandakan usaha Anda, Anda akan melihat pertumbuhan yang konsisten. Mungkin akan lebih lama dari yang Anda inginkan (tidak semua dalam hidup ini sesuai dengan keinginan Anda), tapi selama Anda terus bekerja, income Anda akan tumbuh ke level yang Anda inginkan.
Tetaplah bayar harganya
Kebanyakan orang tidak melakukannya. Kebanyakan orang yang terjun ke MLM hanya bersikap mencoba dan menyerah ketika beberapa orang berkata “tidak” dan kemudian mengomel bahwa MLM tidak jalan. Hanya orang yang sudah berkomitmen untuk bekerja dan melakukan apa yang diperlukan untuk berhasil, akan muncul ke atas dan berhasil.
Kenyataan yang tidak terelakkan adalah hanya persentasi kecil saja dari orang yang terlibat dalam MLM akan memperoleh kesuksesan besar. Akan tetapi ini bukanlah kesalahan mendasar dari MLM.Ini mencerminkan fakta di dunia nyata.
90% dari small bisnis akan gagal dalam 1 sampai 5 tahun dan pemiliknya kehilangan banyak sekali uang dibandingkan beberapa ratus dollar dari yang distributor MLM investasikan.
98% dari karyawan perusahaan tidak akan pernah mencapai eksekutif level.
95% dari pensiunan berusia 65 tahun di US kalau tidak meninggal ya bangkrut.
Kenyataannya adalah, sangat sedikit orang yang berhasil dengan hasil yang luar biasa dalam setiap bisnis atau usaha apa pun. Sederhananya, kebanyakan orang tidak mau dan tidak akan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk berhasil. MLM tidaklah berbeda dalam hal ini. Walaupun demikian, yang diperlukan untuk menduplikasi sukses adalah kesepakatan bersama untuk memulai. Sayangnya, kebanyakan orang terjun dalam MLM dengan anggapan bahwa ini adalah jalan mudah menjadi kaya. MLM bukanlah cara cepat menjadi kaya. MLM membutuhkan kerja, waktu, dedikasi. Tetapi kebanyakan orang tidak menyadari hal tersebut, entah itu karena sponsornya memberikan ‘iklan’ yg menyesatkan tentang kaya cepat atau karena mereka memilih untuk mendengar cerita yang mudah. Orang seperti ini bergabung dan tidak melakukan apa pun, atau mencobanya tapi segera menyerah setelah beberapa bulan. Inilah penyebab terbesar dari setiap kegagalan dalam MLM.
Mungkin masalah terbesar dari MLM adalah terlalu mudahnya org untuk bergabung (cukup dengan ratusan ribu atau jutaan rupiah) jadi mudah pula bagi orang untuk drop out. Dengan hanya invest ratusan ribu rupiah, mudahlah bagi orang untuk berkata “Ah, saya sudah bicara dengan 4 orang dan tidak ada yang tertarik. Bisnis ini tidak jalan, wah saya sudah buang uang ratusan ribu” Atau lebih parah lagi : “MLM adalah bisnis amoral dan tipuan”. Anda harus memperlakukan bisnis MLM Anda seolah-olah ini adalah bisnis real Anda. Bisnis di mana Anda sudah menginvestasikan banyak uang dan tabungan Anda.
Jika Anda sudah menginvestasikan puluhan atau ratusan juta ke dalam bisnis Anda, apakahAnda akan membiarkan 4 orang yang berkata tidak kepada Anda, menyebabkan Anda menyerah ? Tentu saja tidak. Anda harus keluar dan terus bekerja sampai Anda membuatnya bekerja, karena sudah terlanjur menginvestasikan banyak uang ke dalamnya. Anda tidak bisa menyerah begitu saja. Itulah yang membuat MLM bekerja untuk Anda. Dedikasi untuk terus bekerja sampai MLM Anda benar benar bekerja.
Jika Anda bekerja dengan konsisten dan efektif, dan membangun bisnis Anda lebih cepat dari orang yang drop out, group Anda akan secara konsisten tumbuh. Dan jika Anda mengajarkan downline Anda cara yang benar untuk bekerja konsisten, efektif, dan mengajarkan mereka untuk menduplikasi dan melipatgandakan usaha Anda, Anda akan melihat pertumbuhan yang konsisten. Mungkin akan lebih lama dari yang Anda inginkan (tidak semua dalam hidup ini sesuai dengan keinginan Anda), tapi selama Anda terus bekerja, income Anda akan tumbuh ke level yang Anda inginkan.
Tetaplah bayar harganya
dan suatu saat Anda akan melihat keuntungannya.
Itulah sebenarnya masalahnya.
Kebanyakan orang tidak melakukannya. Kebanyakan orang yang terjun ke MLM hanya bersikap mencoba dan menyerah ketika beberapa orang berkata “tidak” dan kemudian mengomel bahwa MLM tidak jalan. Hanya orang yang sudah berkomitmen untuk bekerja dan melakukan apa yang diperlukan untuk berhasil, akan muncul ke atas dan berhasil.
MLM bisa juga disebut franchise perorangan
MLM bisa juga disebut franchise perorangan, tapi secara alamiah Anda pasti berbeda dengan saya. Karena itu bisa jadi Anda beranggapan bahwa Anda tidak bisa menduplikasi diri Anda sendiri ke orang lain. Sebenarnya yang diperlukan untuk duplikasi adalah kesepakatan bersama untuk bekerja mencapai tujuan yang sama yaitu untuk berhasil di MLM.
Kadang-kadang orang menjadi curiga kenapa Anda dalam bisnis ini menjadi bersikap sangat penolong untuk membantu prospek dalam bisnis ini. Anda mungkin ditanya kenapa harus bergabung dengan Anda. Jawaban sejujurnya adalah motif finansial-lah yang menginginkan downline kita sukses karena kesuksesan downline menjadi kesuksesan kita. Income didapat dari hasil penjualan melalui konsumsi produk, tapi residual income yang sebenarnya -income yang diperoleh tanpa melakukan apa pun berasal dari persentasi kecil dari penggunaan produk yang konsisten. Di sinilah pentingnya cara mengajarkan hal-hal yang penting dalam bisnis ini, menjadi pemimpin dan mentor menjadi sangat penting karena penghasilan dari passive income ini bisa melebihi penjualan langsung yang Anda lakukan. Di sisi lain, prospek harus mengerti dan menyadari arti ‘menggunakan’ tenaga dan waktu dari banyak orang dan ‘digunakan’ oleh yang lain pada saat yang bersamaan.
Kadang-kadang orang menjadi curiga kenapa Anda dalam bisnis ini menjadi bersikap sangat penolong untuk membantu prospek dalam bisnis ini. Anda mungkin ditanya kenapa harus bergabung dengan Anda. Jawaban sejujurnya adalah motif finansial-lah yang menginginkan downline kita sukses karena kesuksesan downline menjadi kesuksesan kita. Income didapat dari hasil penjualan melalui konsumsi produk, tapi residual income yang sebenarnya -income yang diperoleh tanpa melakukan apa pun berasal dari persentasi kecil dari penggunaan produk yang konsisten. Di sinilah pentingnya cara mengajarkan hal-hal yang penting dalam bisnis ini, menjadi pemimpin dan mentor menjadi sangat penting karena penghasilan dari passive income ini bisa melebihi penjualan langsung yang Anda lakukan. Di sisi lain, prospek harus mengerti dan menyadari arti ‘menggunakan’ tenaga dan waktu dari banyak orang dan ‘digunakan’ oleh yang lain pada saat yang bersamaan.
Langganan:
Postingan (Atom)